Film Korea "I Can Speak" Adalah Bukti Kesamaan Sejarah Indonesia Dengan Korea
Senin, 09 April 2018
BudakSeks TentaraJepang,
I Can Speak,
Na Moon Hee,
PenjajahanJepang,
ReviewFilm
Edit
Review film Pojok Asyik kali ini agak spesial yah. Jadi mohon disimak dengan bijak. Halah..
Film korea berjudul I Can Speak,jadi edisi spesial bukan hanya karena berdasarkan kisah nyata saja,tapi karena ini berdasar fakta sejarah yang ada hubungannya dengan sejarah Indonesia.
Loh koq bisa film fakta sejarah Korea ada hubungannya dengan sejarah Indonesia? Bisa dong,mari kita simak sinopsis film Korea " I Can Speak" selengkapnya.
Film "I Can Speak" dirilis September 2017,bercerita tentang seorang nenek bernama Na Ok-Boon (Na Moon Hee) yang tak bosan-bosannya datang dengan laporan pelanggaran disekitarnya ke sebuah kantor pengaduan.
Saking menyebalkan si nenek ini sangat dihindari para pegawai PNS dikantor tersebut. Adalah Park Juim/Park Min Jae (Lee Je Hoon),pegawai kantor yang baru pindah ke kantor tersebut yang harus menghadapi si nenek Na ok Boon. Park Juim pun lama-lama sebel juga sama si nenek,karena terus menerus membawa tumpukan berkas pelanggaran ke mejanya.
Saking menyebalkan si nenek ini sangat dihindari para pegawai PNS dikantor tersebut. Adalah Park Juim/Park Min Jae (Lee Je Hoon),pegawai kantor yang baru pindah ke kantor tersebut yang harus menghadapi si nenek Na ok Boon. Park Juim pun lama-lama sebel juga sama si nenek,karena terus menerus membawa tumpukan berkas pelanggaran ke mejanya.
Na Ok-Boon,bertemu dengan seorang temannya yang sangat lancar bahasa Inggrisnya,namun si nenek ini sudah terlihat pikun sekali. Si nenek tiba-tiba ingin belajar bahasa Inggris juga,namun sayang dia ditolak oleh beberapa lembaga kursus,karena dianggap lambat belajar karena terlalu tua. Namun tanpa sengaja Na Ok-Boon melihat Park Juim sedang bercakap-cakap dengan bahasa Inggris sangat lancar dengan seorang bule yang ngajar Inggris di tempat itu.
Dan Na Ok-Boon pun memohon agar diajari juga bahasa Inggris. Tentu saja Park Juim menolak,tapi secara tidak sengaja suatu hari dia mengikuti adiknya yang kelayapan menyusuri pasar. Dan ternyata adiknya berteman dengan si nenek Na Ok-Boon dan sering diberi makan si nenek. Park Juim dan adiknya memang sudah yatim piatu. Sejak itulah Park Juim bersedia memberi les cuma-cuma untuk si nenek. Park Juim diberitahu kalau si nenek belajar bahasa Inggris agar bisa menelpon dan berbicara bahasa Inggris dengan adiknya yang diadopsi di Amerika dan nggak bisa bahasa Korea.
Dan Na Ok-Boon pun memohon agar diajari juga bahasa Inggris. Tentu saja Park Juim menolak,tapi secara tidak sengaja suatu hari dia mengikuti adiknya yang kelayapan menyusuri pasar. Dan ternyata adiknya berteman dengan si nenek Na Ok-Boon dan sering diberi makan si nenek. Park Juim dan adiknya memang sudah yatim piatu. Sejak itulah Park Juim bersedia memberi les cuma-cuma untuk si nenek. Park Juim diberitahu kalau si nenek belajar bahasa Inggris agar bisa menelpon dan berbicara bahasa Inggris dengan adiknya yang diadopsi di Amerika dan nggak bisa bahasa Korea.
Tanpa sepengetahuan si nenek Park Juim mencoba menelpon sang adik Na Ok-Boon,namun ternyata sang adik tak mau bicara dan kenal dengan Na Ok-Boon. Takut si nenek sedih Park Juim mengatakan agar si nenek berhenti belajar bahasa Inggris saja,namun si nenek tak mau dengar. Sementara itu teman si nenek sedang kritis di rumahsakit dan tak bisa lagi mengenalinya.
Na Ok-Boon sangat terpukul dan berjanji akan memberi pelajaran pada orang-orang yang menyakiti mereka saat remaja. Seorang reporter menghampirinya dan dia pun setuju mengungkap jatidirinya. Na Ok-Boon dan temannya adalah korban dan saksi sejarah krn mereka dijadikan budak seks tentara Jepang dan diperlakukan sangat tidak manusiawi pada jaman penjajahan tahun 1943.
Na Ok-Boon sangat terpukul dan berjanji akan memberi pelajaran pada orang-orang yang menyakiti mereka saat remaja. Seorang reporter menghampirinya dan dia pun setuju mengungkap jatidirinya. Na Ok-Boon dan temannya adalah korban dan saksi sejarah krn mereka dijadikan budak seks tentara Jepang dan diperlakukan sangat tidak manusiawi pada jaman penjajahan tahun 1943.
Mendengar berita ini Park Juim berlari menemui Na-Ok-Boon sembari menangis dan mintamaaf. Na Ok-Boon bercerita bahwa temannya dan dia telah mencari keadilan sampai Jepang tapi ditipu oleh seorang penerjemah. Maka dari itulah mereka bertekad belajar bahasa Inggris untuk menggugat dan bersaksi di mahkamah internasional.
Singkat cerita meskipun dengan berbagai rintangan nenek Na Ok-Boon berhasil bersaksi di Mahkamah Internasional yang mengadili kasus RS12 tentang perbudakan seks oleh tentara Jepang. Dan diantara beberapa saksi terdapat perwakilan dari Hindia Belanda alias Indonesia yang memang sama-sama dijajah Jepang dan mengalami perbudakan seks juga.
Tapi meskipun menang di pengadilan,Jepang tetap menolak memintamaaf dan menolak semua kesaksian Na-Ok Boon hingga sekarang. Jepang beranggapan bahwa wanita penghibur untuk tentara Jepang berasal dari prostitusi swasta dan bukan perbudakan seks anak-anak dibawah umur. Diceritakan nenek Na Ok-Boon tak sudi menyerah dan terus berjuang agar Jepang mengakui dosa-dosanya
Film "I Can Speak" disutradarai oleh Kim Hyun Seok dan diproduksi oleh Myung Films lalu di distribusikan oleh Lotte Entertaiment. Film ini meraih 4 penghargaan dari Blue Dragon Film Awards untuk kategori Populer Star Awards,Best Director,Best Actrees (Na Moon Hee),Best Supporting Actrees (Yum Hye Ran).
Untuk aktris senior "Na Moon Hee" kategori Best Actrees untuk film I Can Speak juga ia dapatkan dari 1st The Seoul Awards,37th Korean Assosiacion Of Film Critics Awards,17th Director's Cut Awards,18th Women In Film Awards,4th Korean Film Producers Association Awards dan masuk nominasi banyak festival film lainnya.
Untuk aktris senior "Na Moon Hee" kategori Best Actrees untuk film I Can Speak juga ia dapatkan dari 1st The Seoul Awards,37th Korean Assosiacion Of Film Critics Awards,17th Director's Cut Awards,18th Women In Film Awards,4th Korean Film Producers Association Awards dan masuk nominasi banyak festival film lainnya.
Film ini mendapatkan respon yang sangat baik,dengan jumlah penonton 3 juta lebih,karena menarik perhatian lintas generasi. Korea dan Indonesia memang punya sejarah yang hampir sama. Selain warisan budaya dan tradisi yang sama-sama sangat dijunjung tinggi,keduanya juga sama-sama punya sejarah kelam karena merupakan negara bekas jajahan Jepang. Indonesia beruntung karena merdeka lebih dulu,namun soal pengembangan budaya dan ekonomi tentu saja kita harus belajar banyak dari mereka.