A Man Called Ahok,Mengulang Episode Awal Sang Kontroversial
Film biopic A Man Called Ahok telah tayang di bioskop Indonesia sejak 8 November kemarin. Meski banyak yang mengusulkan penayangan film itu diundur guna menunggu kebebasan Ahok,toh film ini tetap rilis juga saat ini.
Film A Man Called Ahok merupakan sebuah karya adaptasi,dari buku Rudi Valinka dengan judul yang sama. Sejumlah artis ternama turut berkontribusi dalam film ini. Selain Daniel Mananta yang berperan sebagai Ahok,ada juga Ferry Salim,Deni Sumargo,Chew Kin Wah,Jill Gladys,Donny Damara,Edward Akbar dan Mike Muliardo.
Disutradarai oleh Putrama Tuta,film ini memang sebagian besar menceritakan masa kecil,dan masa sekolah pak Ahok. Ahok adalah anak seorang pengusaha tambang di Belitong.
Ayahnya merupakan sosok yang sangat dermawan,bahkan dia tidak bisa menghentikan sifat dermawannya itu meskipun perusahaan tambangnya diujung kebangkrutan karena pejabat dan sistem yang korup saat itu terus mempersulit usahanya.
Disebuah situasi dimana ayah Ahok "Kim Nam" benar-benar sudah tak mampu lagi membantu,dia tidak bisa lagi menolong pasutri yang datang ke rumahnya,untuk minta bantuan.
Kim Nam masuk ke rumah dan menangis. Melihat ayahnya sedih,Ahok pun diam-diam memecahkan celengannya dan mendatangi keluarga itu untuk membantu kesulitan keluarga itu.
Overall film ini cukup bagus untuk ditonton seluruh keluarga. Bagaimana seorang kepala keluarga membesarkan anaknya dengan menanamkan nilai-nilai moral kemanusiaan,yang kelak akan membentuk karakter seperti Pak Ahok.
Film ini sempat mendapatkan kritik dari adik Ahok sendiri yang juga kuasa hukumnya,Fifi. Fifi berkata bahwa film ini kurang detail masalah kostum dan kebiasaan ayah ibu mereka. Itu cukup membuat kecewa dan enggan untuk menonton,karena tak ingin merusak memori tentang ayahnya.
Namun Fifi mempersilahkan bagi siapapun,terutama pendukung Ahok jika ingin menonton film ini.
Selanjutnya Fifi menyarankan untuk membaca buku "A Man Called Ahok",jika ingin tahu lebih banyak tentang yang sebenarnya.
Karena sang penulis penulis buku yakni Rudi Valinka,telah melakukan riset ke keluarga mereka terlebih dahulu,sebelum menulis.
Pak Ahok sendiri menengahi dengan mencoret adegan-adegan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Saya sendiri menonton film ini sebagai panggilan moral atas apa yang menimpa pak Ahok. Sekaligus sebagai ladang untuk mengenal lagi sosok Basuki Tjahaja Purnama,seorang sosok pemimpin yang,jujur pernah saya harapkan bisa terus berpasangan dengan pak Jokowi.
Selain cara kepemimpinan Ahok yang tegas,jujur dan transparan,juga karena itu bisa menjadi simbol pencapaian pluralisme yang indah bagi negeri kita.