Review Dan Sinopsis Film Netflix "Brain On Fire"

Film Brain On Fire adalah film yang tampil pertama kali di Toronto International Film Festival pada September tahun 2016,kemudian film ini ditayangkan oleh Netflix pada 22 Juni 2018 lalu. Film ini berdasarkan kisah nyata perempuan bernama Susannah Cahalan yang ditulis dalam bukunya "Brain On Fire : My Month Of Madness"

Film ini bergenre drama medical dan diperankan dengan sangat baik oleh aktris muda Chloe Grace Moretz sebagai Susannah. Film "Brain On Fire" merupakan kisah nyata seorang reporter muda New York Post yang tiba-tiba terserang penyakit langka yang sulit di diagnosa.

Sinopsis Brain On Fire


Seorang gadis muda cantik berambut pirang bernama Susannah Cahalan berusia 21 tahun merupakan seorang reporter muda di New York Post,tempat kerja impiannya. Karirnya sungguh cemerlang,hingga dia direkomendasikan untuk mewawancarai senator Amerika. Orangtuanya sudah berpisah dan punya pasangan masing-masing namun tetap care dengan Susannah.

Namun tiba-tiba ia merasa kehilangan kendali atas dirinya. Dia sering merasa pusing dan berputar-putar,tidak fokus,seperti mendengar suara sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Puncaknya adalah ketika dia terbangun dan kejang-kejang tepat di samping pacarnya,namun setelah diperiksakan dia hanya diduga stress.

Wawancaranya berantakkan sehingga editornya terpaksa merumahkannya karena dia berulah di kantor. Dia selalu merasa ada yang membicarakannya,dia pusing dan  jatuh pingsan kejang-kejang. Ibu dan ayah kandungnya yang berusaha merawatnya pun tak luput dari ulah gilanya.

Akhirnya kedua orangtuanya memutuskan untuk membuatnya dirawat di rumah sakit,namun hasil pemeriksaan baik syaraf,otak maupun fisiknya menunjukkan hasil yang baik-baik saja. Dari dokter satu ke dokter lainnya diagnosanya hanya bipolar,scyzofernia dan penyakit jiwa lainnya. Dia disarankan untuk dibawa ke rumah sakit jiwa.

Namun semakin hari,keadaannya semakin memburuk,tubuhnya kaku sebelah dan dia tidak mampu bicara sama sekali. Pacarnya yang seorang musisi terus menjaganya di rumah sakit,dan kedua orangtuanya terus menekan dokter untuk menemukan penyakit sebenarnya putrinya.

Salah satu dokter kemudian menemui profesornya yang bernama Dokter Souhel Najjar yang kemudian setuju untuk memeriksanya. Serangkaian tes dan biopsi otak menunjukkan bawa Susannah menderita penyakit auto imun kompleks langka yang bernama "Antibodi Reseptor NMDA",sebuah penyakit langka dimana antibodi menyerang bagian reseptor otak sehingga menganggu kemampuan berfikir dan fungsi kognitif tubuhnya.

Review Film "Brain On Fire"

Film ini sangat mengharukan dan menginspirasi sama seperti bukunya Brain On Fire : My Month Of Madness yang best seller. Kisah ini menginspirasi kita untuk tahu dan peduli terhadap penyakit Antibodi Reseptor NMDA,yang sering membuat orang dan dokter menyangka sebagai salah satu penyakit kejiwaan karena gejalanya yang mirip.

Film ini juga menunjukkan perlunya bersikap kritis pada diagnosa dokter,dan tidak putus asa untuk mencari alternatif diagnosa lain terhadap pasien yang menunjukkan gejala tidak biasa.
Pengetahuan dan pendidikkan untuk bersikap kritis baik sebagai pasien maupun keluarga ini sangat jarang terjadi di Indonesia.


Film "Brain On Fire" bergenre kesehatan tapi tidak membosankan,karena diceritakan dengan mengalir dan taste dramanya berasa sekali namun tidak lebay  karena ada korelasi dengan kisahnya.
Intinya film Brain On Fire layak ditonton sebagai salah satu sumber pengetahuan yang menarik. Rating Mojok Seru 8/10 untuk film ini.


Subscribe to receive free email updates: